Sabtu, 24 Oktober 2009

anthurium

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Asal Usul

Nama anthurium berasal dari bahasa Yunani, artinya bunga ekor. Di Indonesia, tanaman ini dikenal sebagai anthurium. Sumber genetiknya berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis.Namun pengembangannya relatif berhasil di negara yang beriklim subtropis seperti Hawaii, dan di negara yang beriklim temperate seperti Belanda. Anthurium merupakan tanaman yang tumbuh sendiri pada media tumbuhnya (terrestrial), tetapi ada pula yang hidup menempel pada tanaman lain atau epifit.
Di Indonesia anthurium dapat beradaptasi dengan baik, mulai dataran rendah sampai tinggi. Padaketinggian 1.400 m dpl, tanaman ini membutuhkan intensitas cahaya matahari antara 30-60%. Bila intensitas cahaya terlalu tinggi, maka tanaman akan menguning dan warna daunnya memudar. Sebaliknya bila intensitas cahaya terlalu rendah, maka pertumbuhan tanaman menjadi lambat, produktivitas bunga menurun, dan batang menjadi lunak.

3.2 Klasifikasi Anthurium
Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman hias family Araceae, dengan klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Klas : Angiospermae
Sub klas : Monocotyledonae
Ordo : Arales
Family : Araceae
Genus : Anthurium
Species : A. Ferrierense Hort., A. Scherzerianum Schott. Dan A andreanum

3.3 Morfologi

1. Daun
Bentuk daun anthurium sangat bervariasi mulai dari yang bulat,oval,lanset hingga menjari dengan permukaan mengilap. Sebagian besar daun anthurium berwarna hijau, tetapi ada pula yang kekuningan, semburat merah atau ungu kehitaman. Beberapa ada yang mengalami mutasi yang menjadi variegata.

Daun anthurium di topang tangkai yang ukuranya juga sangat bervariasi.Ada yang sangat pendek sehingga seolah tak bertangkai,ada pula yang sangat panjang.

2. Bunga dan Buah
Bunga pada anthurium sebenarnya adalah seludung yang tumbuh sedemikian rupa sehingga menyerupai kelopak bunga. Teksturnya sedikit kaku dengan permukaan mengilap seperti plastik, berwarna-warni cerah mulai dari putih, kuning dan merah dalam berbagai gradasi. Seludung bunga anthurium inilah yang sering dijadikan bunga potong, di tata dengan berbagai jenis bunga lain dan aneka dedaunan menjadi rangkaian bunga yang sangat indah.
Bunga anthurium yang sesungguhnya berbentuk kecil-kecil menempel pada tangkai yang mencuat di tengah-tengah seludung. Bentuknya yang seperti tongkol jagung berukuran kecil memanjang mengingatkan pada ekor binatang sehingga tanaman ini kera juga disebut bunga ekor.
Bunga anthurium tergolong biseksual, artinya bunga jantan dan betina terdaapt dalam satu tangkai. Meski demikian bunga anthurium tidak dapat mengadakan penyerbukan sendiri karena putiknya lebih dulu matang dan 2-4 hari kemudian kepala sarinya menyusul matang. Ketika putiknya sudah matang serbuk sari belum siap, sebaliknya begitu serbuk sari matang putiknya sudah layu.
Karena itu perkawinan anthurium selalu bersifat penyerbukan silang, entah berasal dari tanaman yang sama atau dari tanaman berbeda. Di alam penerbukan ini di bantu oleh serangga pemakan madu, yaitu lalat cuka dari keluarga Drozophididae. Lalat ini tertarik pada cairan manis dan bau harum yang dikeluarkan oleh putik yag sudah matang. Kaki lalat cuka yang tertempel serbuk sari dari bunga yang sudah matang akan menempel pada putik tersebut hingga terjadilah penyerbukan.
Jika penyerbukan oleh serangga sukses, sekitar dua minggu kemudian tongkol bunga akan berwarna hijau dan kasar karena tonjolan-tonjolan bakal buah mulai terbentuk. Buah muda berwarna hijau itu akan menjadi merah gelap kalau sudah matang. Jika sudah matang buah bisa di petik, dicuci dalam air yang bersih sampai kulit dan kambium mengelupas dan di semaikan menjadi tanaman muda.

1. Batang
Meski jarang kelihatan karena tertutup oleh pelapah yang melingkarinya, anthurium sebenarnya memiliki baetang yang tidak berkayu, berbuku-buku dan cenderung berair. Jika tanaman menua dan banyak daun bagian bawah telah rontok, batangnya akan terlihat diates permukaan tanah.


2. Akar
Sama dengan kerabat dekatnya seperti aglaonema dan kaladium, anthurium memiliki akar serabut dan warna putih cenderung gemuk dan berair untuk mencari makanan dari dalam tanah.

3.4 Syarat Tumbuh
Tanaman anthurium dapat hidup dengan baik dan menghasilkan bunga dengan kualitas yang bagus jika di budidayakan pada lingkungan yang cocok. Anthurium sangat baik jika di tanam pada lingkungan tumbuh yang memiliki kelembaban yang cukup hangat dan teduh sesuai dengan habitat aslinya yang berasal dari hutan tropis. Menurut Rukmana(1997),anthurium paling ideal jika di tanam pada kisaran suhu antara 14OC-30OC, dengan kelembaban yang cukup tinggi yaitu 60%-80%, namun menurut Wurya ningsih (2006), anthurium lebih menyukai jika kelembabannya tidak lebih dari 60%. Tim Redaksi Trubus (2007), menyatakan kelembaban yabg semakin tinggi kurang baik bagi pertumbuhan anthurium, karena anthurium akan mudah terserang busuk akar atau batang, tapi jika kelembabannya kurang maka daunnya akan kriput dan berwarna kekuningan. Anthurium cocok ditanam pada dataran menengah sampai dataran tinggi yang memiliki ketinggian antara 600m-1400m dpl. Tanjung dan Andoko (2007) menambahkan bahwa anthurium perlu di beri naungan agar anthurium menerima sinar matahari sebesar 40% dan maksimal 50%, karena menurut Rukmana (1997), jika sinar matahari yang diterima anthurium berlebihan atau anthurium menerima sinar matahari langsung, maka daun anthurium akan mengering seperti terbakar. Daerah yang memiliki kriteria kondisi iklim seperti di sebutkan di atas diantaranya adalah Brastagi (Sumatra Utara), Sukabumi, Bogor, Cianjur, dan Lembang ( Jawa Barat), serta Malang ( Jawa Timur), sehingga daerah tersebut di jadikan daerah sentra produksi anthurium bunga.
Kondisi media tumbuh pun perlu di perhatikan agar kualitas anthurium yang dihasilkan baik. Anthurium sangat baik jika di tanam pada media yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, dan tidak mengandung penyakit atau hama terbawa tanah (Soil borne disease). Anthurium akan tumbuh baik jika media yang di gunakan memiliki Ph 5.5-6.5 dan berstruktur remah (Rukmana, 1997). Anthurium menyukai tempat tumbuh yang basah sepanjang waktu, tidak boleh tergenang air dan kaya unsur hara (Tanjung dan Andoko,2007).
Tanaman anthurium membutuhkan persyaratan media tumbuh sebagai berikut :
1. Bersifat porous atau mudah merembeskan air yang berlebihan dan menahan air secukupnya untuk tanaman
2. Subur, gembur, dan tidak mengandung hama atau penyakit tular tanah
3. Bersifat ringan dan dapat menjaga kelembaban medium tumbuh sepanjang waktu.
3.5 Tahap-Tahap Budidaya Tanaman Anthurium
3.5.1 Perbanyakan
Perbanyakakn anthurium dapat di lakukan baik secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan generatif adalah pengembangan tanaman melalui perkwinan atau penyerbukan. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif adalah pengembangan tanaman di luar perkawinan penyerbukan, misalnya dengan cara setek, cangkok, atau pemisahan anakan.
a. Perbanyakan secara generatif.
Perbanyakan secara generatif atau penyerbukan pada dasarnya adalah mempertemukan serbuk sari yang merupakan organ kelamin jantan dengan putik yang merupakan organ kelamin betina pada tanaman. Penyerbukan akan berhasil jika kedua organ kelamin tanaman yang di pertemukan dalam keadaan sama-sama matang. Jika salah satu organ kelamin belum matang, penyerbukan tidak akan berhasil.
Perbanyakan anthurium secara generatif lebih disukai para hobiis maupun pemilik nurseri karena dengan cara ini di hasilkan ratusan tanaman muda. Besarnya jumlah tanaman muda yang di hasilkan karena dalam sebuah tongkol atau spadiks hasil penyerbukan bisa berisi 500-1000 biji. Dengan tingkat kegagalan perkecambahan hanya 15% dari 1000 biji akan di hasilkan 850 tanaman muda. Namun, cara ini juga mengandung kelemahan, yaitu pertumbuhan tanaman lambat karena secara alamiah perkembangan tanaman asal biji emang bersifat lambat.
1.Proses Penyerbukan
- tentukan bunga betina yang akan di serbuki, yaitu bunga yang putik nya telah matang dengan tanda tanda permukaannya berlendir dan mengeluarkan cairan manis semacam madu yang mengundang serangga mengerumuninya.
- tentukan bunga jantan yang akan menyerbuki, bisa dari satu tanaman yang sama bisa juga dari tanaman lain yang telah matang, di tandai keluarnya serbuk sari berwarna putih, kekuningan, atau kemerahan tergantung jenisnya. Bunga jantan ini biasanya akan matang 2-4 hari setelah yang betina.
- ambil serbuk sari dengan cara menggosok- gosokan jari tangan atau kuas kebunga jantan yang telah mekar.
- jari tangan atau kuas yang telah tertempel serbuk sari kemudian di oleskan ke bunga betina sedemikian rupa sehingga serbuk sari menempel pada putik.
- tunggu selama sekitar dua minggu, penyerbukan yang berhasil ditandai dengan tongkol bunga yang tetap berwarna hijau dan bertekstur kasar karena mulai terbentuk tonjolan buah. Sedangkan penyerbukan yang gagal di tandai menguningnya tongkol bunga dua minggu kemudian,selanjutnya kering dan mati.
- sekitar tiga bulan sejak penyerbukan yang berhasil, buah yang terbentuk akan berwarna merah, kuning,jingga atau ungu sesuai jenisnya.pada saat ini buah siap di semai.
2.Penyemaian Biji
Kematangan buah sangat berpengaruh terhadap tingkat perkecambahan.buah yang matang benar tingkat perkecambahan bijinya bisa mencapai 85-90% dan akan berkecambah dalam waktu dua minggu setelah semai.Sedangkan buah yang belum matang, selain tingkat perkecambahan biji rendah juga baru bisa berkecambah setelah 3-4 minggu di semai.Karena itu gunakan buah yang matang benar.Buah yang matang bisa di ketahui dari warnanya.
Buah-buah anthurium yang sudah matang kemudian di pencet agar bijinya terpisah dari daging buah dan bisa di semaikan di atas media semai yang telah di siapkan.Banyak jenis media semai yang bisa di gunakan untuk menyemaikan anthurium, antara lain cacahan pakis, sekam bakar, cocopeat, pasir halus, humus bambu, humus eceng gondok atau spagbnum moss.Jika menggunakan cacahan pakis, pakai pakis kasar dengan panjang 1-2 cm di bagian bawah dan pakis halus dengan panjang 0,5cm di bagian atas. Jika menggunakan cacahan pakis halus, sekam bakar,dan cocopeat komposisinya adalah 3:1:1.spagbnum moss di ketahui cukup bagus juga untuk menyemaikan anthurium.
Spagbnum moss atau lumut spaghum adalah sejenis lumut Bryophyta mirip paku Selagineda dengan ukuran yang lebih kecil.Lumut-lumut yang diambil dari kulit pepohonan dihutan atau kebun ini kemudian dikeringkan sehingga tidak lagi hijau, melainkan kecoklatan. Lumut yang di impor dari luar negeri berwarna putih.Spaghnum moss ini banyak dijual dikios-kios tanaman hias atau toko sarana produksi pertanian.
Kelebihan Spaghnum dibandingkan media semai lainnya adalah persentase tumbuh biji yang lebih tinggi, bahkan bisa mendekati 100% asalkan biji-bijinya baru. Pertumbuhan bibit muda pun lebih cepat dan subur sehingga tanaman terlihat lebih segar dan kuat. Bibit anthurium yang di semaikan pada spaghnum moss juga lebih mudah di cabut tanpa menimbulkan luka pada akarnya. Dengan demikian bibit akan lebih mudah beradaptasi dan berkembang di lingkungan barunya.
Spaghnum moss yang di jual di kios penjual tanaman hias biasanya sudah siap di gunakan. Namun, yang di dapat dari kebun atau hutan harus dijemur lebih dulu selama kira-kira dua hari sampai tingkat kekeringanya 75-80%. Menjemurnya jangan sampai terlalu kering karena akan rapuh dan mudah pecah. Spaghnum moss tersebut selanjutnya di potong-potong dengan gunting sampai panjangnya 1cm.
Apapun bahannya, media semai yang di gunakan kemudian di masukan kedalam wadah semai atau pot bermulut lebar, bisa menggunakan bak pelastik atau boks styrofoam. Buat lubang di dasar wadah untuk menglirkan air siraman dan taruh pecahan genting atau arang sebagai drainasenya. Sesudah itu masukan media tanam sampai 2/3 ketinggian wadah, padatkan dan ratakan.
Buat lubang-lubang sedalam kira-kira 2cm di permukaan media semai dengan ujung jari atau kayu dengan jarak antar lubang sekitar 2cm. Masukan satu biji ke setiap lubang. Jangan sampai lebih dari satu biji per lubang karena anthurium memiliki akar tunggang yang panjang sehingga di khawatirkan akar akan saling membelit. Jika ini yang terjadi akan menyulitkan pemisahanya, karena bisa menimbulkan luka pada akar yang mengakibatkan tanaman stres dan akhirnya mati. Setelah itu tutup tipis-tipis lubang dengan sisa media semai dan siram dengan sprayer sampai basah.
Untuk mengurangi penguapan, bagian atas media semai di tutup pelastik bening. Selain agar tetap lembap penutupan ini juga membuat suhu media semai hangat sehingga akan mempercepat perkecambahan. Selama biji belum berkecambah, media semai harus di jaga kelembapannya dengan cara penyiraman menggunakan sprayer. Sebulan kemudian biji-biji biasanya segera berkecambah dan tutup plastik bisa di ambil.
Biji anthurium bisa juga disemaikan menggunakan paper pot berbagai ukuran yang banyak dijual ditoko sarana produksi pertanian.Caranya juga sama dengan menggunakan wadah boks, yaitu media semai di isikan kemudian biji di semaikan. Pengunaan paper pot lebih praktis karena saat pemindahan, bibit tidak perlu di cabut,tetapi langsung di tanam bersama potnya yang mudah hancur di dalam tanah.
b. Perbanyakan secara Vegetatif.
Perbanyakan secara vegetatif adalah semua tekhnik perbanyakan tanaman di luar penyerbukan. Keuntungan perbanyakan secara vegetatif adalah tanaman baru tumbuh lebih cepat karena pada dasarnya tanaman tersebut memang telah dewasa. Pada anthurium tanaman muda hasil perbanyakan secara vegetatif, menghasilkan daun yang ukuranya hampir sama dengan induknya. Kelemahanny, tanaman muda yang di hasilkan jumlahnya hanya sadikit, maksimum empat buah dalam sekali perbanyakan.
Meski banyak tekhnik perbanyakan vegetatif yang telah di kembangkan, tetapi untuk anthurium hanya ada dua tekhnik yang bisa di terapkan, yaitu pemisahan anakan dan setek.
1. Pemisahan anakan
Pada anthurium, pemisahan anakan tidak banyak di lakukan sebab berbeda dengan umumnya tanaman dari keluarga araceae yang suka merumpun, anthurium di ketahui jarang merumpun. Dari batang utama anthurium jarang di temukan anaka-anakan yang bisa di jadikan individu baru.
Namun dalam keadaan tertentu, luka di pangkal batang anthurium bisa memunculkan anakan yang merupakan individu lengkap sehingga akan tumbuh sama dengan induknya jika dibiarkan, anakan tersebut akan bersaing dengan induknya sehingga masing-masing tidak akan tumbuh optimal.Mengingat anthurium adalah tanaman hias yang indah dilihat jika tumbuh secara individual dan mencapai ukuran maksimal, anakan tersebut harus dipisah dari induknya, sekaligus merupakan salah satu cara perbanyakannya. Anakan anthurium yang akan dikembangkan harus berasal dari tanaman induk yang subur dan sehat serta telah memiliki akar sendiri.Meski sebaiknya tanaman induk dikeluarkan dulu dari pot untuk memudahkan pemisahan, tetapi mengingat sosok anthurium yang besar maka pemisahan bisa dilakukan tanpa mengeluarkannya dari pot. Caranya gali permukaan tanah antara tanaman induk dan anakan sampai batang yang menghubungkan keduanya terlihat, setelah itu potong dengan pisau tajam untuk mendapatkan anakannya.
2.Setek
Perbanyakan tanaman dengan setek adalah semua tekhnik pemotongan bagian tanaman berupa batang, cabang, daun, atau akar supaya bagian-bagian yang terpotong tersebut setelah ditanam mengeluarkan akar. Khusus untuk anthurium, yang dapat di terapkan hanya setek batang. Tanaman yang akan di perbanyakan dengan setek batang sebaiknya yang sudah tua, minimum berumur dua tahun dengan setek batang ini ada tiga bagian yang bisa di tumbuhkan menjadi individu baru. Bagian teratas adalah batang dengan daun-daunnya, bagian tengah adalah batang tanpa daun, dan bagian bawah batang beserta perakarannya. Setiap bagian batang ini memiliki peluang yang sama untuk hidup menjadi individu baru asalkan masing-masing disertakan akar, khusus bagian tengah batang yang akan dipotong harus memiliki bakal tunas.Pemotongan dilakukan dengan pisau yang tajam supaya dengan sekali potong setek terpisah dari batang induk, selain itu pisau harus steril supaya tidak mengundang kehadiran bibit penyakit. Bekas potongan bisa di olesi zat perangsang tumbuh, boleh menggunakan Atonik atau Rootone yang dosisnya bisa dibaca pada kemasannya. Setek batang ini kemudian di tanam dalam pot yang berisi media semai yang sama dengan yang digunakan pada pemisahan anakan dan di letakan di tempat terlindung sampai tumbuh.
c. Kultur Jaringan
Perbanyakan tanaman anthurium melalui kultur jaringan di pelopori oleh Pierik(1974) yang berhasil menginduksikan regenerasi dari embrio dan biji, kemudian dari bagian nonmerismatik pada tanaman dewasa, semua jenis eksplan tersebut membentuk kalus dan setelah subkultur didapat tunas adventif(Geier, 1990). Perbanyakan klonal anthurium dicapai dengan menggunakan eksplan dari planlet yang aseptik dan ditimbuhkan pada media padat dengan penambahan BAP 0,2 mg/L dimana pada konsentrasi tersebut pembentukan kalus minimal sedangkan pembentukan tunas adpentif dan akar tidak terhalang (Kunisaki 1980). Penggunaan BAP 0,75-1,0 ppm dalam media MS yang di modifikasi mampu menghasilkan regenerasi tunas sekitar 27%-95% (Pierik,1979 dalam Haryanto el al,1995). Inisiasi eksplan dilakukan dengan media cair MS yang dimodifikasi dan ditambah air kelapa 15% pada tahap selanjutnya yaitu induksi multiplikasi tunas media padat MS dengan BAP 0,2 mg/L dapat meningkatkan proliferasi tunas. BAP 0,2 mg/L merupakan konsentrasi yang optimum karena pada konsentrasi yang lebih tinggi dapat meningkatkan produksi kalus (Kunisaki,1980). Kultur biji anthurium mampu membentuk media MS maupun media Nitsch yang keduanya telah ditambah 15% air kelapa dengan perlakuan NAA 0,5 ppm atau kombinasi NAA dan BAP 0,5-1,5 ppm. Dan media terbaik untuk produksi jumlah tunas adalah media Nitsch yang di lengkapi NAA 0,5 ppm dan BAP 1,5 ppm( Haryanto et al 1995).
1. Pembuatan Media
Sebelum media MS di buat terlebih dahulu dibuat larutan stok yang di pekatkan. Misalkan 50 kali. Larutan stok dikelompokan dalam larutan stok A,B,C,D,E,F, dan vitamin. Larutan stok tersebut di campur dengan ZPT tertentu misalkan NAA,BAP,TDZ dan lain-lain yang banyaknya sesuai dengan dosis, kemudian di tambahkan aquadest sampai 1L, ditambah gula, KOH atau NaOH 0,1 N sampai PH=5,8. Agar di masukan ke dalam larutan kemudian diaduk dan dididihkan. Setelah mendidih larutan di tuangkan kedalam botol-botol tanam masing-masing 15 ml, kemudian ditutup dengan plastik dan di rapatkan dengan karet gelang. Botol-botol yang telah berisi media dimasukan kedalam autoklaf selama 30 menit pada suhu 121oC dan tekanan 17,5 psi, kemudian di dinginkan dan di simpan dalam rak kultur.

2. Sterilisasi Alat dan Media
Sebelum bekerja, laminar di sterilisasi dengan alkohol 70% kemudian di lap kering. Alat-alat tanam dicuci dan dikeringkan, dibungkus dengan kertas,botol kosong, dan botol berisi media yang telah ditutup dengan alumunium foil disterilisasi dalam autoklap pada suhu 121oC dan tekanan 17,5 psi. Sterilisasi alat dan botol dilakukan selama 1 jam, sedangkan sterilisasi media 30 menit.
3. Persiapan Dan Sterilisasi Eksplan
Buah anthurium yang telah masak dicuci dangan detergen dan air mengalir, kemudian direndam dalam larutan Agrimycin dan Dithane selama 24 jam. Buah kembali di cuci dengan air mengalir untuk membersihkan sisa-sisa Agrimycin dan Dithane. Selanjutnya buah yang telah bersih dimasukan kedalam laminar air flow cabinet untuk sterilisasi biji.
Biji dikeluarkan dari buah sambil dikupas kulit arinya dan dimasukan kedalam larutan HCL 0,1M di kocok selama 15 menit, kemudian direndam dalam 1% Dithane selama 15 menit, dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali, lalu disiram dengan alkohol 70%, dikocok selama 2-3 menit, kemudian direndam dalam 5% dan10% NaOCl, kemudian dibilas lagi dengan air steril 3-5 kali. Biji yang sudah bersih di tanam pada media MS tanpa penambahan ZPT dan di simpan di rak kultur sampai berkecambah dan terbentuk daun paling sedikit 2 helai. Daun tersebut akan di gunakan sebagai eksplan. Atau apabila tujuannya untuk induksi kalus, maka biji yang sudah di kultur di inkubasi dalam gelap selama 1,5 bulan, kemudian setelah terbentuk kalus di pindahkan dalam kondisi terang selama 2 minggu, baru kemudian disubkultur ke media regenerasi untuk pembentukan tunas.
4. Penanaman Eksplan
Penanaman dilakukan dalam laminar air flow cabinet. Didalam laminar terdapat alat-alat kultur, berisi air steril, pembakaran Bunsen yang berisi spirtus, alkohol 95%. botol-botol medi, tissue,dan lain-lain. Eksplan yang diperoleh dari hasil perkecambahan biji secara in vitro, dikeluarkan dari botol kultur dan di letakan dalam petridisk yang telah berisi air steril dan bethadine, kemudian eksplan daun di potong-potong dengan ukuran 0,5x0,5 cm dan eksplan batang atau akar dipotong 0,5 cm. Potongan eksplan kemudian ditanam dalam botol dengan media perlakuan dan disimpan dalam rak kultur.


5. Pemeliharaan Kultur
Eksplan yang sudah di tanam pada media, disimpan di ruang gelap selama 1,5-2 bulan dengan suhu ruangan 1oC, kemudian dipindahkan ke ruang kultur yang diberi penyinaran lampu TL (fluorescent) 2000 lux dengan periodisitas penyinaran 9 jam terang 15 jam gelap dengan suhu yang sama selama 2 bulan.
6. Aklimatisasi Planlet
planlet yang berumur 4 bulan dan telah menjadi tanaman yang sempurna tidak dapat di tanam langsung sebagai tanaman individu di lapang. Planlet tersebut memerlukan kondisi adaptasi selama periode tertentu. Penanaman planlet pada media adaptasi selama periode tertentu tersebut di kenal dengan istilah aklimatisasi. Planlet anthurium siap di aklimatisasi pada umur 4 bulan setelah penanaman planlet. Aklimatisasai selama 1 bulan. Tahapan aklimatisasi dapat di lakukan dengan cara:
1.Mengeluarkan planlet dari botol kultur
2.Pencucian akar untuk menghilangkan sisa-sisa pengaruh media
3.Perendaman planlet dalam larutan fungisida (Benlate +Agrept 0,5% selama 1-2 menit)
4.Penanaman planlet pada media aklimatisasi berupa arang sekam
5.Penyungkupan planlet dengan plastik tranparan
6.Inkubasi planlet selama 1 bulan, hingga planlet siap di pindah menjadi tanaman individu ke dalam pot
3.5.2 Penanaman
1.Pembibitan
Bibit dapat di peroleh lewat biji,setek,anakan,maupun kultur jaringan atau dapat di peroleh dari breeders didalam maupun di luar negri.
Perbanyakan tanaman anthurium melalui biji yaitu dengan cara penyerbukan silang(cross pollination) untuk menghasilkan hibrida atau kultivar yang lebih unggul.untuk melakukan persilangan ini pertama yang harus di persiapkan adalah tanaman induk jantan dan betina yang sudah terpilih serta kuas kecil untuk menempelkan pollen. Bunga betina yang sudah matang dan siap di buahi di tandai dengan permukaan spadik

3. Jenis - jenis Anthurium
Ragam jenis Anthurium yang berlandir ( 3-4 hari mahkota bunga mekar penuh, spadik berubah 45%-55%) dan bunga jantan akan segera natang 1-2 minggu setelah bunga betina matang karena tanaman anthurium bersipat protogyni yaitu bunga betina masak terlebih dahulu. Buah atau biji dapat di panen 6-7 bulan dari penyerbukan,setelah itu buah siap di pipil,kulit buah di hilangkan,dicuci sampai lendir hilang,lalu biji siap di semai pada media kompot antara lain sekam bakar,pasir,serbuk kelapa,pakis cacak, dan lain-lain .Setelah 3-4 bulan bibit telah berdaun 3-4 daun dan dapat dipindahkan ke pot-pot indvidu atau diperjarang dibedengan.
2. Media Tanam
Anthurium merupakan tanaman yang bersipat epiphytic atau epilytic, yaitu tanaman yang tumbuh pada tanaman lain yang sudah mati atau daoat tumbuh dibebatuan, dan mempunyai akar udara, artinya dapat menyerap uap air pada udara yang lembab atau menyukai media tanam yang remah media yang digunakan anthurium harus memenuhi syarat antara lain dapat menyimpan air antara lain udar mudah masuk,tidak mudah busuk, serta tidak mengandung bahan-bahan yang beracun. Media tanam yang dapat di gunakan untuk budidaya anthurium antara lain batang pakis yang dipotong kecil-kecil, kulit pohon pinus, sabut kelapa, sekam, humus bambu, serbuk gergaji, arang kayu, stereoform, dan lain lain.
3. Persiapan Tanam
Untuk penanaman anthurium dilapang, perlu di buat bedengan dengan lebar sekitar 1-1,2 m dan tinggi sekitar 20 cm. Sisi bedengan sebaiknya diberi batu bata atau di semen sehingga medianya tidak keluar dari bedengan. Irigasinya menggunakan sprinkle yang di pasang di tengah-tengah bedengan, sekitar 1m diatas media dengan jarak antara sprinkle sekitar 75 cm.
4. Penanaman
Untuk penanaman dilapang, sebelum dan sesudahnya lahan perlu disiram terlebih dahulu sampai keadaan lembab. Penanaman sebaiknya dibuat silang sehingga jarak antara tanaman tidak terlalu rapat. Penanaman dilakukan sampai batas antara akar dan batang, akar harus tertutup oleh medi tanam, sedangkan tidak tertutup oleh media karena dapat mengundang penyakit batang busuk.
Penanaman yang dilikukan didalam pot atau polybag, perlu dipilih ukurannya yang sesuia dengan ukuran tanaman agar tanaman tampak indah dan serasi. Kebersihan pot juga perlu diperhatikan, bila memakai pot bekas, pot tersebut harus dicuci terlebih
1. Anthurium scherzeranium dahulu, untuk menghilangkan sisa-sisa media yang lama yang mungkin terjadi inang orgnisme penyebab penyakit tanaman, seperti jamur dan bakteri. Media tanam juga harus dipilih yang dapat menyimpan air dengan baik dan drainase yang bauk pula. Mengandung bahan organik yang banyak, dan juga mudah mengeras setelah disiram. Selain itu media harus dapat menopang batang agar tidak mudah rebah bila terkena angin.
3.5.3 Pemeliharaan
1. Penyiraman
Tanaman anthurium membutuhkan kelembaban yang tinggi, sehingga membutuhkan air yang lebih banyak dubandingkan anggota yang lainnya dari anggota Araceae, tapi jumlah dan frekuensi air yang diperlukan tergantung dari media tanam, persentase cahaya matahari yang dapat masuk kedalam naungan, dan kondisi iklim di daerah produksi. Yang terpenting adalah media tanam yang harus selalu lembab tapi tidak terlalu basah. Penyiraman dapat menggunakan selang, emrat, sprinkle atau drip.
2. Penyulaman
Penyulaman pada tanaman anthurium dilakukan satu minggu setelah tanam apabila ada tanaman yang sakit atau mati dan ditanam kembali dengan bibit baru yang sehat.
3. Penyiangan
Kebun penanaman harus dalam kondisi yang bersih, karena lingkungan yang kotor dapat menjadi inang hama/penyakit, dan dapat menjadi pesaing tanaman utama dalam penyerapan unsur hara. Daun-daun anthurium yang sudah tua, kuning-kunig atau terserang penyakit dan membuang lumut hijau yang tumbuh diatas media tanam. Untuk tanaman anthurium pot, penempatan pot-potnya diletakan tidak terlalu berdekatan, karena jika letaknya berdekatan daun-daunnya akan saling menutupi dan menjadi lingkungan terlalu lembab.


4. Penggantian Media
Penggantian dilakukan 6 bulan- 1 tahun sekali setelah tanam, biasanya media sudah dalam keadaan padat dan asam padat. Maka perlu dilakukan penggantian media yang baru supaya media tanam tetap porus dan mempunyai aerasi yang baik, karena akarnya membutuhkan oksigen untuk pernafasannya. Selain itu pot-pot yang sudah sesuai lagin dengan ukuran tanaman juga harus diganti.
5. Pemupukan
Pemupukan pada setiap tanaman adalah bagian yang sangat penting. Media tanam yang akan digunakan untuk penanaman anthurium adalah media yang remah, sehingga pemupukan sebaiknya dilakukan lewat saluran irigasi atau di siramkan dengan dosis yang rendah dengan aplikasi penyiraman 1 minggu satu kali 0.1-0.2% per liter air dengan pupuk NPK lengkap dan di tambah pupuk mikro 1-3 gram per liter dengan cara disemprotkan melalui daun dengan aplikasi penyemprotan 1 minggu satu kali atau bisa di berikan pupuk secara langsung dengan cara di sebar, ditugal 1-5 gram/tanaman dengan pupuk NPK ( 15-15-15 ) dan disesuaikan dengan umur tanaman.
6. Pengendalian Hama dan penyakit
Keberadaan hama dan penyakit merupakan masalah yang cukup besar karena selain menurunkan kualitas daun dan bunga juga dapat menurunkan produktifitas Tanaman.
Hama yang sering menyerang tanaman anthurium adalah:
a. Aphid
Aphid adalah serangga kecil berbentuk seperti buah pir dengan variasi warna mulai dari hijau muda hingga cokelat gelap. Serangga yang menghisap cairan daun ini mengakibatkan pertumbuhan daun terhambat dan cenderung mengeriting. Aphid juga menghasilkan cairan manis seperti madu yang akhirnya berubah menjadi jelaga diatas permukaan daun. Jelaga tersebut selain memngurangi keindahan daun juga mengganggu metabolisme jaringan tanaman. Secara umum serangan aphid mengakibatkan anthurium tumbuh kerdil.Aphid dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida yang bersifat Contact killing dan nervous disturbing.



b. Kutu kapas
Menyebabkan munculnya bintik-bintik putih pada batang dan daun menjadi pertanda serangan hama yang juga disebut Mealybugs. Pengendaliaanya bisa secara mekanis atau kimia.
c. Spider Mite
Daun menjadi bewarana kuning kemudian muncul bercak-bercak pada bagian yang dimakan tungau. Pengendaliannya dengan Akarisida
d. Thrips
Daun-deaun muda yang terserang hama ini gagal berkembang dan menjadi kering. Pengendaliaanya dengan insektisida.
e. Ulat
Bisa mengakibatkan daun-daun anthurium berlubang lubang sehingga mengurangi keindahan. Pengendaliannya dengan cara manual mengambil dengan jepitan dan memusnahkannya. Namun jika serangan berat dan luas pengendaliannya bisa menggunakan insektisida.
f. Fungus Gnats
Hama ini menyerang pada seludang bunga. Jika hama sudah dalam fase serangga, dengan gejala bintik hitam pada seludang bunga. Pengendaliannya dengan insektisida.
g. Belalang
Menyerang pada daun dan mengakibatakan daun-daun berlubang sehingga penampilannya tidak indah lagi. Pengendaliannya secara manual dengan cara menangkap dan memusnahkannya.
h. Keong
Menyerang pada daun-daun muda, kehadiran hama ini biasanya tidak dapat dilihat karena mereka menyerang pada malam hari, sedangkan pada siang hari hama ini bersembunyi ditempat terlindung. Pengendaliannya secara manual
i. Cacing
Cacing biasanya menghisap cairan akar. Cacing yang menjadi hama anthurium adalah cacing liang ( Radhopolus similis ) dengan gejala tanaman lambat tumbuh dan kerdil dan terlihat seperti kekurangan unsur hara.
Penyakit yang menyerang tanaman anthurium adalah:
a. Bacterial Stemp Rot
Bakteri Erwina carotopara adalah biang keladi penyakit ini dengan gejala serangan daun dan tangkai mengalami kerusakan, yaitu berlendir dan berwarna coklat lama-lama daun dan tangkai tersebut akan hancur seperti bubur dan mengeluarkan aroma tidak sedap. Cara pengendaliannya disemprot dengan Bakterisida.
b. Antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloesporioides yang mula-mula menyerang seludang bunga dengan gejala munculnya bercak coklat. Pada lingkungan dengan kelembaban tinggi, bercak tersebut semakin meluas. Cara pengendaliannya bisa di semprot dengan fungisida Aliette atau Benlate.
c. Bercak Daun dan Busuk Akar
Pembahasan bercak daun dengan busuk akar dijadikan satu karena penyebabnya sama, yaitu jamur Phytophtora parasitica. Gejala munculnya penyakit tersebut adalah tanaman terlihat mengalami gangguan pertumbuhan, seperti pada seludang bunga muncul luka-luka berair. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara membuang bagian yang terserang.
d. Bercak Kuning
Penyakit bercak kuning merupakan momok menakutkan bagi para petani tanaman anthurium,gejalanya timbulnya noktah kecil berwarna kuning pada daun yang smakin lama semakin lebar dan menutup permukaan daun, dan akhirnya tanaman tersebut mati. Pengendalianynya bisa dicoba dengan menyemprotkan fungisida.
7. Panen Dan Pasca panen
Produk utama tanaman anthurium adalah bunga potongnya atau bunga pot. Dalam 1 tahun produksi tanaman anthurium dapat menghasilkan 8-12 tangkai bunga / tanaman, bunga dipanen setelah bunga mekar penuh dengan ciri-ciri spadiknya berubah warna 45%-55% dan dipanen pada pagi hari atau sore hari dengan cara memotong dengan alat gunting setek atau pisau cutter yang bersih, kemudian di seleksi atau dikelas-kelaskan sesuai ukuran panjang tangkai dan di kelompokan warnanya kemudian dikemas dan siap dikirim atau di pasarkan sesuai dengan permintaan pasar.

gerbera

Gerbera merupakan tanaman bunga hias berupa herba tidak berbatang. Masyarakat Indonesia menyebut gerbera sebagai gebras atau hebras.
1. SEJARAH SINGKAT

Gerbera merupakan tanaman bunga hias berupa herba tidak berbatang. Masyarakat Indonesia menyebut gerbera sebagai gebras atau hebras. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman hias pendatang dari luar negri (introduksi) dan diduga berasal dari Afrika Selatan, Afrika Utara dan Rusia. Penemu tanaman gerbera adalah Traug Gerber, seorang naturalis berkebangsaan Jerman yang melakukan ekspedisi ke Afrika Selatan. Selanjutnya diketemukan gerbera hibrida oleh Jamenson. Berawal dari kedua penemu tersebut, tanaman gerbera dikukuhkan dengan nama Gerbera jamessonii Bolus. Tanaman hias ini masuk ke Indonesia sekitar abad XIX bersamaan dengan lintas perdagangan komoditi pertanian.


2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman hias gerbera adalah sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Famili : Compositae/Asteraceae

Genus : Gerbera.

Spesies : Gerbera jamensonii
Dari keragaman bentuk bunga, terutama struktur helai mahkota bunganya dikenal empat jenis gerbera yang telah dibudidayakan di Indonesia yaitu:

Gerbara berbunga selapis: helai mahkota bunga tersusun selapis dan umumnya berwarna merah, kuning dan merah jambu.

Gerbera berbunga dua: helai mahkota tersusun bervariasi lebih dari satu. Lapis helai mahkota bagian luar nampak sekali perbedaan susunannya. Contoh berbunga lapis dua yaitu Gerbera jamensonii Fantasi Double Purple yang berwarna merah.

Gerbera berbunga tiga lapis: contoh dari bunga jenis ini adalah Gerbera jamensonii Fantasi Triple Red yang berbunga dominan merah, kemudian bervariasi kuning atau hijau kekuningan.

Jenis gerbera yang dihasilkan oleh Holand Asia Flori Net di Belanda, dengan ukuran yang lebih besar dari ke tiga jenis di atas. Varitas yang ditanam adalah Gerbara yustika (pink merah), Orange Jaffa (oranye cerah), Ventury (oranye tua).

3. MANFAAT TANAMAN

Selain sebagai bunga potong yang dapat tahan sampai 3 minggu, Tanaman hias gerbera merupakan salah satu penghasil minyak atsiri untuk bahan baku industri minyak wangi, sabun dan kosmetik.

4. SENTRA PENANAMAN

Sentra penanaman bunga potong tanaman gerbera di Indonesia yaitu di daerah Kaban Jahe, Barus Jahe, dan Simpang Empat (Sumatra Utara, Brastagi), Cipanas, Lembang dan Sukabumi (Jabar), Bandungan (Jateng), Batu dan Pujon (Malang Jatim). Sentra produksi tanaman gerbera di dunia adalah negara Belanda dan Thailand.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 1.900-2.800 mm/tahun.
Daerah yang paling baik adalah daerah yang beriklim sejuk dengan suhu udara minimum 13,7-18 derajat C dan maksimum 19,5-30 derajat C. Suhu udara ideal di awal pertumbuhan 22 derajat C. Jika melebihi 35 derajat C, perkecambahan benih akan terganggu.

5.2. Media Tanam

Tanah yang baik untuk tanaman hias gerbera yaitu tanah lempung yang berpasir, subur dan banyak mengandung bahan organik atau humus.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya hebras berkisar 5,5-6,0.

5.3. Ketinggian Tempat

Di Indonesia di tanam mulai dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat antara 560-1.400 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Persyaratan Benih : Tanaman diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Benih diseleksi dari biji yang memiliki daya kecambah atau daya tumbuh yang tinggi dan berpenampilan bernas. Jika bibit dibeli dari toko, perhatikan tanggal kadaluarsanya.

Perbanyakan vegetatif menggunakan cara kultur jaringan/anakan. Bahan kultur jaringan menggunakan mata tunas lateral dari pohon atau batang tanaman gerbera yang sehat dan dari jenis yang unggul. Bibit anakan didapatkan dari rumpun tanaman gerbera yang anakannya banyak, induknya produktif berbunga, tumbuhnya normal, sehat dan berasal dari tanaman jenis unggul. Keperluan bibit anakan untuk ditanam di lahan terbuka 1 ha sekitar 80.000-90.000 bila jarak tanam 25 x 40 cm.

Penyiapan Benih : Benih yang berasal dari biji disemaikan dahulu sebelum dipindahtanamkan ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan pada bak-bak penyemaian atau pot-pot kecil maupun pot yang berdiameter cukup besar. Sebaiknya media semai diberi sungkup plastik agar kelembaban dan suhu udara tetap stabil serta terlindung dari matahari langsung. Bibit yang didapat dari kultur jaringan yaitu mata tunas yang diambil dari jenis unggul segera dimasukan ke dalam wadah yang mengandung bahan sterilisasi yaitu Clorax 30 %. Lakukan sterilisasi selama 20 menit.

Seusai sterilisasi dengan Clorax segera disterilisasi ulang dengan HgCL2 20 % selama 5 menit, kemudian bilas dengan air aquades steril 5 X. Bibit yang dari anakan dipisahkan dari rumpun gerbera yang sudah dibersihkan dari tanah, sebagian akar tangkai dan daun tua dibuang. Tiap bagian minimal satu anakan.

Teknik Penyemaian Benih :
Penyemaian di bak persemaian : Pilihlah lokasi tempat semai yang mendapat sinar matahari pagi atau di dalam suatu ruangan yang mendapat cahaya buatan 40 watt/m2. Siapkan media semai berupa campuran tanah yang subur halus, pasir dan pupuk kandang yang telah matang dengan perbandingan 1:1:1. Beri sungkup plastik putih tipis agar kelembaban mencapai 98%. Sebelum dimasukkan media semai masukkan selapis pecahan batu bata atau genting kira-kira 1/3 bak pesemaian. Lalu isikan media semai 90 %. Semaikan benih gerbera secara merata. Setelah 5-7 hari, sungkup dibuka selama 1 jam pada pagi hari. Dari 7-10 hari setelah semai sungkup dibuka selama 3 jam/hari, kemudain bagian atas sungkup dibuka sampai 20 cm dari puncak untuk mendapatkan kelembaban 90 %. Pada saat umur bibit mencapai 21 hari, di sore hari sungkup diangkat.

Penyemaian secara kultur jaringan : Siapkan media dasar yaitu medium Murashige Skoog ditambah gula 30 gram/liter, Vitamin B dan zat pengatur tumbuh kinetin 5 mg ditambah IAA 0,5 mg/liter. PH sebelum dipanaskan diatur sekitar pH 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. Medium dibuat padat dengan Difco Bacto Agar (DBA) sebanyak 7,5 gram/liter. Tanamkan mata tunas lateral, pada umur 45 hari mata tunas majemuk mulai terbentuk. Bibit hasil kultur jaringan dipindahkan ke persemaian steril dan dipelihara sampai cukup besar. Selanjutnya bibit dipindahtanamkan ke persemaian biasa dengan komposisi media yang sama dengan persemaian benih.

Penyemaian dengan anakan : Tanaman atau bibit anakan yang sudah dibersihkan dari tanah, akar-akar juga daun tua ditanamkan di lahan pembibitan dengan jarak 5 X 10 Cm.

Pemeliharaan Pembibitan/Pesemaian : Siram setiap hari 1 atau 2 kali tergantung cuaca. Pemupukan dilakukan 3 minggu setelah semai. Larutan pupuk terdiri dari 5-10 gram NPK dalam larutan air 10 liter, sedangkan pupuk daun konsentrasinya disesuaikan dengan anjuran. Penjarangan setelah umur 5-6 minggu.

Pemindahan Bibit : Bibit yang berasal biji siap dipindahtanamkan setelah tanaman berdaun 3-5 helai. Bibit yang berasal dari kultur jaringan siap tanam apabila ukurannya cukup besar, sedangkan bibit yang dari anakan siap dipindahtanamkan setelah bibit cukup kuat.

6.2. Pengolahan Media Tanam

Persiapan : Tentukan lahan yang strategis dan serasi, bersihkan dari gulma, kemudian olah tanah cukup dalam 30 cm hingga struktur tanah gembur. Biarkan tanah selama 10-15 hari.

Pembukaan Lahan : Tanah diolah dengan teknik yang sama dengan persiapan di atas. Pasang tiang setinggi 100-150 cm di sisi timur dan 80-100 cm di sisi barat. Naungi dengan plastik bening.

Pembentukan Bedengan : Bentuk bedengan selebar 60-80 cm, tinggi 30 cm dan jarak antara bedengan 40- 60 cm. Buat parit keliling untuk saluran pembuangan kelebihan air dan sekaligus sebagai saluran irigasi waktu mengairi tanaman. Naungan juga dapat dibuat sekaligus untuk 2 bedengan dengan tinggi sisi timur dan barat yang sama dengan naungan 1 bedengan. Di antara bedengan dipasang tiang setinggi 150-200 m sehingga atap berbentuk segi tiga.

Pengapuran : Pada tanah yang kemasaman tanahnya rendah (di bawah 5) perlu ditambahkan kapur pertanian seperti dolomit, kalsit, atau Zeagro. Dosis kapur pertanian berkisar 1-4 ton/ha tergantung pH dan jenis tanahnya.

Pemupukan : Pada saat pembuatan bedengan tambahkan pupuk kandang sebanyak 20-30 ton/ha yang disebar merata, kemudian dicampur dengan tanah sambil dibalikkan. Pemberian pupuk kandang dapat pula dengan cara per lubang tanam rata-rata 200 gram per lubang atau 2-3 kg/m 2 luas lahan. Media pertumbuhan adalah campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang atau sekam padi (1:1:1). Siapkan polybag berdiameter 15, 20, 25 dan 30 cm untuk menanam bibit sesuai dengan ukuran dan umurnya. Isi dasar polybag dengan selapis pecahan bata merah/sekam, lalu diisi dengan media sampai 90 %. Pupuk dasar berupa NPK yang diberikan sebanyak 2-4 gram/tanaman pada saat tanam.

6.3. Teknik Penanaman

Penentuan Pola Tanam : Lubang tanam selebar dan sedalam daun cangkul pada jarak tanam 20-25 Cm dalam barisan dan 35-40 cm antar barisan. Waktu yang terbaik di pagi hari antara jam 06.00-09.00 atau sore antara 15.00-17.00.

Cara Penanaman : Basahi lubang tanam sampai lembab, tanamkan bibit secara tegak ditengah-tengah lubang tanam, sambil memadatkan tanah di sekitar pangkal tanaman. Siramlah bedengan sampai cukup basah.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

Penjarangan dan Penyulaman : Jika ada tanaman yang mati/rusak seawal mungkin segera disulam atau diganti dengan tanaman yang baik pada lubang yang sama. Periode penyulaman sebaiknya tidak melebihi umur 30 hari setelah tanam. Waktu penyulaman yang baik pagi/sore hari .

Penyiangan : Ditujukan untuk membersihkan sekitar tanaman dari gulma dan sambil menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan pada 7-10 hari setelah tanam dan 30-35 hari setelah tanam.

Perempalan : Perempalan dilakukan untuk membuang tunas/cabang yang sudah tua, mengering maupun yang terserang penyakit.

Pemupukan : Dilakukan secara rutin sebulan sekali. Jenis pupuk yang dianjurkan NPK serta unsur mikro lainnya. Jumlah pupuk NPK diberikan 2-4 gram/tanaman dengan periode 1 kali dalam sebulan, sehingga untuk setiap hektarnya antara 200-400 kg. Cara pemberiannya dengan cara dibenamkan dalam larikan atau lubang diantara tanaman. Pupuk NPK dapat diberikan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 10 gram/10 liter air dan diberikan sebanyak 200-250 cc/tanaman dengan periode pemberian 10 hari sekali. Pupuk daun dapat diberikan sesuai anjuran.

Pengairan dan Penyiraman. : Pada fase awal pertumbuhan tanaman gerbera penyiraman dilakukan 1-2 kali. Pemberian air selanjutnya berangsur-angsur berkurang.


7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

Ulat daun dan belalang :

Pengendalian: dapat disemprot dengan insektisida seperti Decis 2,5 EC atau Agrimec 18 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

7.2. Penyakit

Bercak daun
Penyebab: jamur Cercospora gerberae Chuup et Viegas).
Gejala: timbul bercak-bercak berwarna coklat, terbentuk bulat/tidak beraturan.
Pengendalian: memotong/memangkas bagian-bagian yang terkena penyakit, memelihara sanitasi kebun dan penyemprotan dengan fungisida seperti Dithane M-45, Antracol 70 WP dan Daconil 75 WP.

Kapang kelabu/grey Mould
Penyebab: jamur Botrytis cinere Pers ex Fr.).
Gejala: timbul busuk bunga, hingga kusut dan diliputi kapang yang berwarna kelabu.
Pengendalian: sama dengan penyakit bercak daun.

Penyakit tepung
Penyebab: jamur Erysiphe cichoracearum DC).
Gejala: daun gerbera diliputi oleh lapisan tepung, daun mengering dan gugur.
Pengendalian: sama dengan penyakit bercak daun.


8. PANEN

Ciri dan Umur Panen : Bunga gerbera yang siap dipanen adalah kuntum bunganya telah mekar penuh atau ketika bunga setengah sampai ¾ mekar. Pemanenan sekitar umur 6-8 bulan setelah tanam bibit asal dari biji, atau 3-5 bulan bila bibitnya berasal dari anakan.

Perkiraan Produksi : Pada pertanaman gerbera yang baik dan jenisnya unggul, tiap rumpun gerbera dapat menghasilkan 5-15 kuntum atau sekitar 140 kuntum bunga per meter luas lahan per tahun.


9. PASCAPANEN

Pengumpulan : Setelah bunga gerbera dipanen, dimasukkan ke dalam ember berisi air. Kemudian disimpan di tempat yang teduh untuk melakukan sortasi.

Penyortiran dan Penggolongan : Sortasi dilakukan pada tangkai bunga yang ukurannya abnormal dipisahkan secara sendiri. Ikat tangkai bunga dengan karet/tali lentur. Tiap ikatan 10-15 tangkai bunga atau menurut permintaan pasar maupun mempertimbangkan segi praktisnya dalam pengangkutan serta penyimpanan.
Pengemasan dan Pengangkutan : Kemas ikatan bunga dalam wadah kotak karton ataupun keranjang plastik dan tutup luka bekas potongan dengan kapas untuk mempertahankan kesegaran. Simpan dikontainer dan siap untuk diangkut.


10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan budidaya bunga gerbera seluas 1.000 m 2 yang dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bandung.

Biaya produksi
Sewa lahan 1.000 m 2 selama 1 tahun Rp. 150.000,-
Bangunan dengan naungan Rp. 3.000.000,-
Bibit
Bibit anakan 10.000 tanaman Rp. 2.500.000,-
Pupuk
Pupuk kandang 2.000 kg @ Rp. 100,- Rp. 200.000,-
NPK 400 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 800.000,-
Pupuk daun dan bunga Rp. 400.000,-
Tenaga kerja
Pengolahan tanah dan pemupukan kandang 20 HKP Rp. 200.000,-
Pembuatan bangunan naungan 20 HKP Rp. 200.000,-
Penanaman 5 HKW Rp. 37.500,-
Pemeliharan tanaman 1 tahun 50 HKW + 5 HKP Rp. 425.000,-
Panen dan pasca panen 20 HKW + 5 HKP Rp. 200.000,-
6. Biaya cadangan Rp. 1.000.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 9.112.500,-
Pendapatan 8.000 tangkai, 10 bunga/th.x Rp.200,- Rp. 16.000.000,-
Keuntungan per bulan Rp. 573.950,-
Parameter kelayakan usaha : 1. Rasio output/input = 1,756
Keterangan: HKP Hari kerja pria, HKW Hari kerja wanita.

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Di Indonesia tanaman hias gerbera belum berkembang pesat sebagai komoditas komersial. Dalam program penelitian dan pengembangan hortikultura di Indonesia mengklasifikasikan tanaman hias gerbera adalah tanaman introduksi dari luar negri. Namun apabila tanaman hias gerbera berkembang baik di Indonesia pasti akan dapat menjadi komoditas potensial/komoditas utama. Prospek pengembangan budidaya tanaman gerbera dapat diandalkan karena peminatnya di dalam negeri semakin banyak. Hal ini dapat dilihat dengan dominannya bunga ini di dalam rangkaian bunga. Harga satu kuntum bunga gerbera termasuk mahal. 12 tangkai Gerbera berbunga dua lapis (introduksi luar negeri) yang sudah banyak dibudidayakan berharga Rp. 10.000,- di tingkat petani, sedangkan 10 tangkai gerbera ex Holland berharga Rp. 15.000,- di tingkat petani. Tanaman ini juga dapat menjadi komoditas ekspor, selain sebagai bunga potong, bahan baku industri minyak wangi, sabun dan kosmetik.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1. Ruang Lingkup

Standar meliputi klasifikasi , syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.

11.2. Deskripsi : ….

11.3. Klasifikasi dan Mutu Standar

Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangat ditentukan oleh negara pengimpor.

11.4. Pengambilan Contoh

Dari satu partai atau lot bunga gerbera yang terdiri atas maksimum 1.000 kemasan, contoh diambil secara acak sejumlah seperti tersebut dalam data di atas:

Contoh yang diambil semua, jumlah kemasan bunga dalam partai 1–5.
Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 5, jumlah kemasan bunga dalam partai 6–100.
Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 7, jumlah kemasan bunga dalam partai 101–300.
Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 9, jumlah kemasan bunga dalam partai 301–500.
Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 10, jumlah kemasan bunga dalam partai 501–1001.
Dari setiap kemasan contoh yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya tiga tangkai bunga. Untuk kemasan contoh dengan isi kurang dari tiga tangkai, diambil satu tangkai. Dari sejumlah tangkai yang terkumpul kemudian diambil secara acak contoh yang berjumlah sekurang-kurang lima tangkai diuji. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dan diberi wewenang untuk melakukan hal tersebut.

11.5. Pengemasan

Ikatan bunga diselubungi dengan kertas khusus sleeves yang menutupi seluruh bagian bunga kecuali kuntum bunga bagian atas. Pangkal tangkai bunga diremdam dalam larutan pengawet misalnya larutan gula 6%. Tempat perendaman bersuhu udara dingin yaitu sekitar 14-25 derajat C selama 4 jam. Bunga yang telah diselubungi dikemas di dalam kardus karton/keranjang plastik dengan posisi tegak. Pengangkutan dilakukan dengan kendaraan berpendingin pada suhu udara 7-8 derajat C dengan kelembaban udara 60-65%.

12. DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Rukmana, Ir,. 1995. Gerbera. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Bonus Trubus No. 327. 1997. Bunga-bunga Pot Populer.
Trubus No. 293. 1994.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

krisan potong

BUDIDAYA KRISAN POTONG

(CHRYSANTHEMUM Sp.)

PT.LEMBAH SUTERA

Jl.Goapara Cibereum Nyalindung Sukabumi

A.Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta

Sub Divisi : Anglospermae

Family : Compositae

Genus : Chrysanthemum

Species : C.morifolium Ramat, C.indicum, C,daisy dll

B.Syarat Tumbuh

Suhu udara : 20º-60ºC

Kelembapan udara : 70-80%

Ketinggian tempat : 700-1200 m dpl

PH Tanah : 5,5-6,7

Tekstur tanah : liat berpasir

C.Pengolahan lahan

Pengolahan lahan dalam budidaya krisan adalah sebagai berikut:

1. sanitasi lahan; membersihkan lahan dari gulma

2. pengolahan tanah; pembalikan tanah serta menggemurkannya

3. pembuatan bedengan; lebar 1 m, panjang relative sesuai keaadan lahan dan lebar parit 40 cm,setelah itu dilakukan pemasangan jarring

4. pemberian pupuk dasar; NPK 5 kg/100m , TSP 5 kg/100m , kapur 10 kg/100m dan EM-FA 300 ml/600 L air

5. pembuatan lubang tanam; mengikuti jarring terpasang pada bedengan

D.Penanaman

Benih stek yang telah berakar dapat langsung ditanam pada lubang tanam yang telah dibuat.

E.Perawatan

1.penyiraman; penyiraman dilakukan setiap hari untuk tanaman yang masih kecil/mudah dan dua hari sekali untuk tanaman yang sudah besar (tergantung kondisi tanaman)

2.penyulaman; penulaman dilakukan 7-14 hari setelah tanam

3.penyinaran lampu; dilakukan pada malam hari dimulai jam 8.00 pm-03.00 am menggunakan timer 9 menit mati dan 9 menit menyala

4.pemberian pupuk susulan; dilakukan 10-14 HST menggunakan KNO 300 gram/600 liter air

5.penaikan jarring; penaikan jarring dilakukan seiring pertumbuhan krisan

6.pemotesan; krisan tipe standar dilakukan pemoteasan lateral, sedangkan tipe spray dilkukan pemotesan apical

7.penyiangan; dilakukan saat gulma sudah cukup tinggi

8.pengendalian OPT

A.Hama

1.Ulat (spodoptera litura) ; pengendaliannya dengan rutin menyemprotkan insektisida seperti proclain 5G 0,4 gr/liter air, samith 1cc/liter air

2.Tungau (hemitarsonemus latus) ; pengendaliannya berikan insektisida jenis acarisida

3.Kutu pucuk daun atau kuntum bunga (aphids) ; pengendaliannya rutin menyemprotkan insektisida seperti dlouse 200 SL 0,5 cc/liter air, dursban 200EC 1cc/liter air

4.Thrips (Myzus) ; serangan hamper sama dengn aphids sehingga pengendaliannya pun sama

B.Penyakit

1.Lidah petir; pengendaliannya menyemprotkan fungisida seperti agrimec

2.Karat daun;pengendaliannya rutin menyemprotkan fungisida seperti Anvil 1-2 cc/liter air, Amistar Top 325SC 0,5 cc/liter air

F.Panen dan Pasca Panen

1.Kriteria Panen

-krisan telah berumur 90 hari setelah tanam

-bunga cukup mekar dan tidak over

-bunga telah mekar 75-80% dari keseluruhan bunga

2.Cara panen

-cabut 10 tangkai krisan yang layak panen

-buang daun bagian bawah (sudah tua)

-rangkai yang rapi

-potong 75-80 cm

-ikat bagian bawah dengan karet gelang

3.Perlakuan Pasca Panen

-sortasi dan grading

-pengemasan

-penyimpangn dalam bak air

-pemasaran

mawar

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. ASAL USUL dan PENYEBARAN MAWAR
Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri. Mawar yang dikenal nama bunga ros atau Ratu Bunga merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Menurut catatan sejarah bunga ini mulai dibudidayakan diChina sekitar 5000 tahun yang lalu . Pada saat yang sama orang Mesir membudidayakan tanaman ini untuk memenuhi kebutuhan orang romawi yang sangat menyukai tanaman ini dan turut membantu membudidayakan di Italia Selatan terutama di Paestum dekat Palermo sekarang. Nampaknya tanaman ini berasal dari Asia Tengah dan tersebar ke belahan selatan bumi utara akan tetapi tidak pernah menyebrang ke Khatulistiwa ( Crokett, 1974 ).Di Indonesia mawar didatangkan oleh pemerintah Belanda dari Eropa ( Sukarno dan Nampiah, 1990 )

3.2. PEMANFAATAN MAWAR
Adapun beberapa kegunaan tanaman mawar antara lain sebagai berikut :
- Untuk bunga potong
- Untuk bunga tabur
- Untuk penghias taman
- Untuk bahan kosmetik

3.3. KLASIFIKASI
Secara umum, tanaman mawar dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermathophyta
Subdivisi :Angiospermae
Ordo :Rosales
Famili :Rosaceae
Genus :Rosa
Spesies :Rosa hybrida



3.4. MORFOLOGI
Tanaman mawar pada umumnya merupakan taaman perdu atau semak, batangnya berduri dengan tinggi tanaman antara 0,3 – 5 m.Akarnya berakar tunggang dengan banyak cabang akar seperti serat dan akar rambut menyerupai benang. Akar tunggang dapat menebus lapisan tanah yang lebih dalam sehingga tanaman mawar dapat tahan terhadap tiupan angin kencang. Batang tanaman mawar berkayu dan mulai bercabang – cabang dari bagian bawah atau beberapa cm di atas permukaan tanah. Pada batang terdapat duri–duri yang merupakan ciri khas tanaman ini ( Benson, 1976 ). Tipe batang ada yang tegak dan ada yang menjalar, warna batang muda hijau dan menjadi hijau kecoklat – coklatan kalau sudah tua.
Daun mawar merupakan daun majemuk dengan 3 atau 5 helai daun berselang dan bersirip ganjil yang dilengkapi daun penumpu. Pada setiap pangkal tangkai daun terdapat titik tumbuh yang akan berkembang menjadi cabang atau tunas bunga. Bunga ada yang tunggal dan ada pula yang tersusun indah dalam bentuk payung dengan perhiasan bunga setiap lingkaran 4 – 5 helai. Jenis bunga sempurna dengan benangsari dan putik banyak tersusun pada dasar bunga yang berbentuk guci. Buah mawar adalah buah buni ( hip ) yang di dalamnya berisi biji. Buah atau biji bisa diperoleh secara alamiah atau dengan persilangan.

3.5.SYARAT TUMBUH
a.Ketinggian tempat
Ketinggian tempat yang baik untuk tanaman mawar berkisar antara 1000 - 1500 m dpl
b. Suhu
Suhu optimum untuk tanaman mawar adalah 15,6 – 23,90 C
c.Kelembaban tanah
Kelembaban tanah untuk tanaman mawar berkisar antara 50 - 60 %
d.Tanah
Tanah yang ideal adalah tanah subur mengandung banyak pasir dan gembur
e.PH Tanah
Ph tanah yang sesuai untuk tanaman mawar adalah 5,6 – 6,5



BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Persiapan Lahan
1. Tanah untuk media tanam diolah sedalam 30 cm. Media tanam harus gembur, merupakan campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos. Sebelum dilakukan penanaman, terlebihdahulu dilakukan pengapuran. Pengapuran dilakukan untuk menetralkan pH tanah,dengan aplikasi ½ ton per ha.
2. Media tanam disterilisasi dengan nematisida dengan bahan aktif dazomet, kemudian ditutup dengan mulsa plastik hitam selama dua minggu. Setelah dua minggu mulsa plastik dibuka dan dibiarkan selama satu minggu.
3. Lubang tanam dibuat dengan jarak tanam 20 X 30 cm atau 15 X 40 cm, dan setiap bedengan dibuat dua barisan tanam.
4. Kemudian bibit mawar ditanam dalam lubang tanam yang telah tersedia dengan mata tempel menghadap keluar bedengan
4.2. Perbanyakan Tanaman
4.2.1. Perbanyakan Secara Generatif
Perbanyakan secara generatif biasanya dilakukan untuk meciptakan varietas kultifar baru. Persilangan dilakukan pada pagi atau sore hari karena kelembaban relatif tinggi dan suhu relatif rendah. Bunga mawar merupakan bunga hermaprodhite. Bunga yang dipakai untuk persilangan adalah bunga yang setengah mekar. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya autogami. Suhu optimum yang dibutuhkan pada saat melakukan persilangan adalah18OC dan kelembaban sekitar 17%

4.2.2 Perbanyakan Secara Vegetatif
Perbanyakan vegetatif yang dilakukan antara lain setek, okulasi, grafting, dan stenting
a. Setek
Perbanyakan vegetatif dengan stek batang pada tanaman mawar biasanya digunakan sebagai persiapan batang bawah untuk okulasi dan grafting.Bahan setek yang baik adalah batang atau cabang dari tanaman yang telah berkayu cukup keras, berdiameter sebesar pensil dan tumbuh dengan baik.Batang bawah yang dipakai adalah dari rosa multic dan rosa multiflora. Kedua varietas ini memiliki perakaran yang kuat. Pangkal setek dipotong membentuk sudut 45O, kemudian direndam kedalam larutan Rootone1gr/liter selama kurang lebih 15 menit. ZPT tersebut berguna untuk merangsang perakaran setek mawar. Rosa multic lebih banyak digunakan karena dapat berakar setelah 3-4 bulan sedangkan rosa multiflora berakar setelah 4-6 bulan.
b.Okulasi
Pada prinsipnya, teknik okulasi dilakukan untuk mengkombinasikan dua jenis mawar atau lebih.Okulasi baru dapat dilakukan setelah batang bawah mempunyai perakaran yang kuat. Batang bawah yang digunakan adalah R.multic dan R.multiflora Rosa multic lebih mempunyai kulit yang tebal sehingga lebih mudah diokulsi.Okulasi dilakukan dengan membuat irisan kearah bawah dengan mengikut sertakan sedikit jaringan kayu. Irisan kira-kira lebarnya 4-5mm, panjang 1,5-2cm, dan tebal 1-2mm.Pada saat mengambil entres atau btang atas, daun dibuang lalu dibuat irisan berupa kepingan dengan mata tunas terletak ditengah-tengah. Ukuran irisan sama dengan irisan pada batang bawah. Setelah entres ditempel, okulasi diikat dengan menggunakan tali rafia dan diletakan dibawah naungan.







c.Grafting
Grafting merupakan teknik perbanyakan vegetatif dengan cara menggabungkan dua buah kambium dari batang atas dan batang bawah. Batang bawah yang di pakai adalah varietas multic dan multiflora, sedangkan batang atas yang digunakan berasal dari varietas yang di unggulkan atau dengan sifat yang di inginkan.Dengan memakai teknik perbanyakan ini, sifat dari kedua varietas dapat digabungkan yaitu perakaran kuat dan kualitas bunga yang tinggi atau sifat unggul lainnya. Keberhasilan penyambungan sebagian besar disebabkan oleh hubungan kambium yang rapat dari kedua tanaman ( Batang bawah dan Batang atas ),yang disambungkan atau terjadi pertautan antara jaringan meristematik keduanya.
d.Stenting
Stenting merupakan gabungan dari penyetekan dan penyambungan dilakukan saat bersamaan. Batang bawah dipotong sepanjang kurang lebih 5 cm dan membentuk sudut 30O batang bawah dan batang atas disambungkan satu sama lain dengan penjepit.Media tanaman yang dipakai adalah arang sekam.Tanaman ditempatkan dalam rumah plastik yang intensitas cahayanya 55 %.Intensitas cahaya dapat diatur dengan pemasangan paranet 55%.Periode pengkabutan diatur setiap 8 menit selama 10 detik.

4.2.3. Kultur Jaringan
Kultur in-vitro sangat membantu dalam usaha eliminasi patogen.secara konvensional tidak ada cara yang efektif untuk menghilangkan virus dari bahan tanaman kultur in-vitro memakai bagian meristem yang disertai dengan perlakuan suhu dapat menghilangkan virus dari bahan tanaman. Penyediaan bibit yang seragam dan dalam jumlah besar serta dalam waktu singkat merupakan masalah dalam budidaya tanaman hias. Kultur in-vitro mawar akan sangat membantu dalam penyediaan bahan tanaman, terutama untuk mempercepat proses sejak pengenaalan suatu kultivar baru sampai pemasaran secara komersial.
Balai Penelitian Tanaman Hias sudah mengkoleksi mawar sebagai plasma nutfah. Plasma nutfah inilah yang digunakan sebagai sumber genetik rakitan dan pengembangan kultivar-kultivar baru melalui pemuliaan yang diorientasikan pada perluasaan keragaman dan perbaikan kualitas untuk memenuhi permintaan konsumen.

4.3. Penanaman
Bibit mawar dari polybag dipindahtanamkan secara lengkap bersama tanah dan akar-akarnya.Mawar potong dipindahkan dari polybag kelahan. Pada mawar potong, media dalam polybag yang berisi bibit mawar dibasahi, kemudian dibalik dan ditekan-tekan bagian dasarnya,agar bibit mawar bersama tanah dan akar-akarnya terlepas dari polybag. Bibit mawar ditanam kedalam lubang tanam yang telah disiapkan.bibit mawar diletakan di tengah-tengah lubang tanam kemudian diberi media sampai penuh sambil di padatkan pelan-pelan. Tanah di sekeliling perakaran tanaman mawar disiram hingga cukup basah.



4.4 PEMELIHARAAN
4.4.1 Pemupukan
Pemupukan diperlukan tanaman mawar disepanjang siklus pertum buhannya. Jumlah pupuk yang diberikan harus seimbang dengan kebutuhan tanaman. Pada saat menjelang fase pembungaan, tanaman mawar membutuhkan lebuih banyak pupuk pada fase tersebut, tanaman memanfaatkan cadangan makanan yang ada, kemudian dijadikan energi untuk melaksanakan proses pembungaan. Pupuk organik termasuk pupuk kandang dann kompos diberikan untuk memperbaiki struktur tanah, memacu pertumbuhan dan menunjang hara tanaman yang seimbang. Pupuk kandang yang dipakai berasal dari kotoran kuda yang telah melapukk, pupuk dasar yang digunakan adalah NPK. Pupuk daun yangb sering dipakai adalah Growmore dengan konsentrasi 1-2 gram/liter setiap 1 minggu sekali. Pengaplikasian pupuk daun ini dilakukan bersama dengan Fungisida berbahan aktif propineb, insektisida berbahan aktif profenofos dan adjuvant ( bahan tambahan ) yang berbahan aktif alkiraril poliglikoeter.
4.4.2 Penyiraman
Penyiraman pada tanaman mawar sangat diperlukan, tetapi tidak sampai tergenang. Sistem drainase yang baik sangat diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhannya. Di Balithi, penyiraman mawar menggunakan perlengkapan dan peralatan dengan teknik irigasi tetes atau lebih dikenal dengan sistem Drip. Drip irrigation diaplikasikan dengan frekuensi satu hari sekali selama 10-15 menit. Setiap minggu, pupuk NPK cair dengan dosis 2 gram / liter diberikan melalui sistem irigasi ini. Kelembaban disekitar lahan mawar harus tetap dipertahankan agar dapat tumbuh baik.

4.4.3 Pemangkasan
Pada mawar potong perlakuan pemangkasan tergantung pada sistem arsitektur yang digunakan. Sistem tersebut akan menentukan cara pemeliharaan, pemangkasan dan cara panen bunga. Pada pelaksanaan sistem arsitektur jepang, dilakukan perundukan tangkai atau batang, namun tidak menyebabkan tangkai tersebut patah ( Bending ). Tangkai yang mendapat perlakuan ini adalah tangkai atau tunas bunga pertama dan tangkai yang tidak produktif ( tangkai yang tidak menghasilkan bunga atau tangkai yang panjangnya kurang dari 40 cm ) ( Darliah,et al., 2004 ).
Bending dilakukan pertama kali setelah tunas primer dari batang atas telah tumbuh dengan tinggi tanaman sekitar 20-25 cm. Bending juga dapat dilakukan pada batang yang akan berbunga untuk pertama kali, dan saat direbahkan, kuncup bunga atau pucuk tanaman dihilangkan dengan cara dipetik. Perebahan dilakukan diatas 3 mata tunas terbawah pada batang tunas primer. Pada saat dilengkungkan, batang agak ditekan agar kemungkinan batang patah menjadi kecil.Pada hasil bendingan akan muncul tunas-tunas baru. Pada saat memasuki fase pembungaan, tangkai bunga yang bercabang dipetik dan disisakan satu tangkai bunga. Jika cabang tidak dibuang, maka knop bunga yang muncul berukuran kecil.





4.4.4. Pengendalian Hama dan Penyakit ( PHP )
1. Hama
a. Kutu daun ( aphid )
Beberapa spesies kutu daun sering dijumpai menyerang tanaman mawar. Nimfa dewasa tak bersayap berukuran panjang 2-5 mm, berwarna hijau dan biasanya berkoloni pada tangkai daun muda atau tangkai bunga.
Gejala serangan pada daun dan petal bunga berubah bentuk menjadi tidak normal.
Cara mengendalikannya dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida dengan bahan aktif imidakloprid, malathion, pirethtrin dan metidation atau menggunakan akarisida nabati 1-2 kali perminggu.
b. Tungau ( Tetranychus sp. )
Berwarna hijau atau merah dan biasa terdapat dibawah permukaan daun.
Gejala serangan adalah daun-daun yang terserang terlihat menguning sampai coklat keperakan.
Cara mengendalikannya dengan penyemprotan akarisida berbahan aktif abamektrin, dikofol, amitraz atau dengan mernggunakan akarisida nabati dengan perlakuan 1-2 kali perminggu.
c. Thrips ( Frankliniella tritici fitch )
Thrips umumnya menyerang bunga, tunas daun dan ranting. Serangga dewasa berukuran panjang kira-kira 1 mm. Hama ini mulai menyerang bunga pada stadia kuncup dan memakan bagian tepi petal bunga sehingga bagian tersebut menjadi berwarna coklat dan berubah bentuk ( distorsi ) pada saat bunga mekar.
Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida yang berbahan aktif diclorvos, karbaril, malathion, dimetoat dan asefat.
2. Penyakit
a. Embun tepung ( Oidium sp./ Powderry Mildew )
Gejala serangan daun atau tangkai tertutup lapisan putih seperti tepung, bentuk daun tidak normal, daun rontok.
Cara pengendaliannya dengan melakukan penyemprotan menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, tridimenol, triadimefon, miklobutanil dan fluzilazola.

b. Bercak hitam ( Diplocarpon Rosae Wolf / Black Spot )
Gejala serangan terdapat bercak hitam pada permukaan daun bagian atas, daun menguning dan rontok.
Cara pengendaliannya dengan melakukan penyemprotan menggunakan fungisida yang berbahan aktif heksakonazol, benomil, difenoconazol dan bitertanol.
4.4.5. Penyiangan
Penyiangan sebaiknya dilakukan secara teratur tergantung pada pertumbuhan gulma terutama pada musim hujan atau pada saat serangan gulma cukup berat. Penggunaan herbisida juga merupakan salah satu cara penanggulangan gulma terutama untuk pertanaman yang luas.

4.5 PANEN DAN PASCA PANEN
Panen dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah 1-2 helai petal mulai membuka, dengan pemotongan tepat di atas mata tunas ketiga dari pangkal tangkai. ( Darliah et al., 2004 ).
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, juga panen tidak dianjurkan saat bunga dalam keadaan basah karena banga yang basah mudah terserang jamur. Frekuensi panen untuk mawar potong adalah 2 bulan sekali.
Tangakai bunga yang dipotong langsung dimasukkan kedalam air bersih. Penyerapan air yang dilakukan bunga potong berhubungan dengan proses metabolis tubuh yaitu transpirasi dan respirasi. Untuk mempertahankan kesegaran bunga, jumlah air yang dibutuhkan minimal setara dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk proses metabolisme. Penurunan mutu bunga selama masa penyimpanan dan peragaan dapat disebabakan oleh suhu tinggi dan infeksi mikroorganisme terutama bakteri dan jamur. Lama kesegaran berkorelasi positif dengan jumlah dan ketebalan petal. Untuk mempertahankan kualitas dan kesegaran bunga, mawar potong perlu mendapatkan penanganan pasca panen yang tepat yaitu menggunakan larutan pengawet kesegaran bunga. Bunga mawar dikemas dengan kemasan terbuka dan disimpan didalam ruang dingin ( cool storage ) dengan suhu 2-5OC. Agar bunga tahan lama dalam vas sebaiknya diberi laruatan pengawet : Gula 1-5 %, Perak nitrat 100 ml/l atau 2 ml/l, chlorox 5 % dan asam sitrat 300-500 mg/l supaya ph larutan 3-4 atau digunakan bahan pengawet yang sudah tersedia dipasaran.

mawar

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. ASAL USUL dan PENYEBARAN MAWAR

Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri. Mawar yang dikenal nama bunga ros atau Ratu Bunga merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Menurut catatan sejarah bunga ini mulai dibudidayakan diChina sekitar 5000 tahun yang lalu . Pada saat yang sama orang Mesir membudidayakan tanaman ini untuk memenuhi kebutuhan orang romawi yang sangat menyukai tanaman ini dan turut membantu membudidayakan di Italia Selatan terutama di Paestum dekat Palermo sekarang. Nampaknya tanaman ini berasal dari Asia Tengah dan tersebar ke belahan selatan bumi utara akan tetapi tidak pernah menyebrang ke Khatulistiwa ( Crokett, 1974 ).Di Indonesia mawar didatangkan oleh pemerintah Belanda dari Eropa ( Sukarno dan Nampiah, 1990 )

3.2. PEMANFAATAN MAWAR

Adapun beberapa kegunaan tanaman mawar antara lain sebagai berikut :

- Untuk bunga potong

- Untuk bunga tabur

- Untuk penghias taman

- Untuk bahan kosmetik

3.3. KLASIFIKASI

Secara umum, tanaman mawar dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom :Plantae

Divisi :Spermathophyta

Subdivisi :Angiospermae

Ordo :Rosales

Famili :Rosaceae

Genus :Rosa

Spesies :Rosa hybrida


3.4. MORFOLOGI

Tanaman mawar pada umumnya merupakan taaman perdu atau semak, batangnya berduri dengan tinggi tanaman antara 0,3 – 5 m.Akarnya berakar tunggang dengan banyak cabang akar seperti serat dan akar rambut menyerupai benang. Akar tunggang dapat menebus lapisan tanah yang lebih dalam sehingga tanaman mawar dapat tahan terhadap tiupan angin kencang. Batang tanaman mawar berkayu dan mulai bercabang – cabang dari bagian bawah atau beberapa cm di atas permukaan tanah. Pada batang terdapat duri–duri yang merupakan ciri khas tanaman ini ( Benson, 1976 ). Tipe batang ada yang tegak dan ada yang menjalar, warna batang muda hijau dan menjadi hijau kecoklat – coklatan kalau sudah tua.

Daun mawar merupakan daun majemuk dengan 3 atau 5 helai daun berselang dan bersirip ganjil yang dilengkapi daun penumpu. Pada setiap pangkal tangkai daun terdapat titik tumbuh yang akan berkembang menjadi cabang atau tunas bunga. Bunga ada yang tunggal dan ada pula yang tersusun indah dalam bentuk payung dengan perhiasan bunga setiap lingkaran 4 – 5 helai. Jenis bunga sempurna dengan benangsari dan putik banyak tersusun pada dasar bunga yang berbentuk guci. Buah mawar adalah buah buni ( hip ) yang di dalamnya berisi biji. Buah atau biji bisa diperoleh secara alamiah atau dengan persilangan.

3.5.SYARAT TUMBUH

a.Ketinggian tempat

Ketinggian tempat yang baik untuk tanaman mawar berkisar antara 1000 - 1500 m dpl

b. Suhu

Suhu optimum untuk tanaman mawar adalah 15,6 – 23,90 C

c.Kelembaban tanah

Kelembaban tanah untuk tanaman mawar berkisar antara 50 - 60 %

d.Tanah

Tanah yang ideal adalah tanah subur mengandung banyak pasir dan gembur

e.PH Tanah

Ph tanah yang sesuai untuk tanaman mawar adalah 5,6 – 6,5


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Persiapan Lahan

1. Tanah untuk media tanam diolah sedalam 30 cm. Media tanam harus gembur, merupakan campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos. Sebelum dilakukan penanaman, terlebihdahulu dilakukan pengapuran. Pengapuran dilakukan untuk menetralkan pH tanah,dengan aplikasi ½ ton per ha.

2. Media tanam disterilisasi dengan nematisida dengan bahan aktif dazomet, kemudian ditutup dengan mulsa plastik hitam selama dua minggu. Setelah dua minggu mulsa plastik dibuka dan dibiarkan selama satu minggu.

3. Lubang tanam dibuat dengan jarak tanam 20 X 30 cm atau 15 X 40 cm, dan setiap bedengan dibuat dua barisan tanam.

4. Kemudian bibit mawar ditanam dalam lubang tanam yang telah tersedia dengan mata tempel menghadap keluar bedengan

4.2. Perbanyakan Tanaman

4.2.1. Perbanyakan Secara Generatif

Perbanyakan secara generatif biasanya dilakukan untuk meciptakan varietas kultifar baru. Persilangan dilakukan pada pagi atau sore hari karena kelembaban relatif tinggi dan suhu relatif rendah. Bunga mawar merupakan bunga hermaprodhite. Bunga yang dipakai untuk persilangan adalah bunga yang setengah mekar. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya autogami. Suhu optimum yang dibutuhkan pada saat melakukan persilangan adalah18OC dan kelembaban sekitar 17%

4.2.2 Perbanyakan Secara Vegetatif

Perbanyakan vegetatif yang dilakukan antara lain setek, okulasi, grafting, dan stenting

a. Setek

Perbanyakan vegetatif dengan stek batang pada tanaman mawar biasanya digunakan sebagai persiapan batang bawah untuk okulasi dan grafting.Bahan setek yang baik adalah batang atau cabang dari tanaman yang telah berkayu cukup keras, berdiameter sebesar pensil dan tumbuh dengan baik.Batang bawah yang dipakai adalah dari rosa multic dan rosa multiflora. Kedua varietas ini memiliki perakaran yang kuat. Pangkal setek dipotong membentuk sudut 45O, kemudian direndam kedalam larutan Rootone1gr/liter selama kurang lebih 15 menit. ZPT tersebut berguna untuk merangsang perakaran setek mawar. Rosa multic lebih banyak digunakan karena dapat berakar setelah 3-4 bulan sedangkan rosa multiflora berakar setelah 4-6 bulan.

b.Okulasi

Pada prinsipnya, teknik okulasi dilakukan untuk mengkombinasikan dua jenis mawar atau lebih.Okulasi baru dapat dilakukan setelah batang bawah mempunyai perakaran yang kuat. Batang bawah yang digunakan adalah R.multic dan R.multiflora Rosa multic lebih mempunyai kulit yang tebal sehingga lebih mudah diokulsi.Okulasi dilakukan dengan membuat irisan kearah bawah dengan mengikut sertakan sedikit jaringan kayu. Irisan kira-kira lebarnya 4-5mm, panjang 1,5-2cm, dan tebal 1-2mm.Pada saat mengambil entres atau btang atas, daun dibuang lalu dibuat irisan berupa kepingan dengan mata tunas terletak ditengah-tengah. Ukuran irisan sama dengan irisan pada batang bawah. Setelah entres ditempel, okulasi diikat dengan menggunakan tali rafia dan diletakan dibawah naungan.

c.Grafting

Grafting merupakan teknik perbanyakan vegetatif dengan cara menggabungkan dua buah kambium dari batang atas dan batang bawah. Batang bawah yang di pakai adalah varietas multic dan multiflora, sedangkan batang atas yang digunakan berasal dari varietas yang di unggulkan atau dengan sifat yang di inginkan.Dengan memakai teknik perbanyakan ini, sifat dari kedua varietas dapat digabungkan yaitu perakaran kuat dan kualitas bunga yang tinggi atau sifat unggul lainnya. Keberhasilan penyambungan sebagian besar disebabkan oleh hubungan kambium yang rapat dari kedua tanaman ( Batang bawah dan Batang atas ),yang disambungkan atau terjadi pertautan antara jaringan meristematik keduanya.

d.Stenting

Stenting merupakan gabungan dari penyetekan dan penyambungan dilakukan saat bersamaan. Batang bawah dipotong sepanjang kurang lebih 5 cm dan membentuk sudut 30O batang bawah dan batang atas disambungkan satu sama lain dengan penjepit.Media tanaman yang dipakai adalah arang sekam.Tanaman ditempatkan dalam rumah plastik yang intensitas cahayanya 55 %.Intensitas cahaya dapat diatur dengan pemasangan paranet 55%.Periode pengkabutan diatur setiap 8 menit selama 10 detik.

4.2.3. Kultur Jaringan

Kultur in-vitro sangat membantu dalam usaha eliminasi patogen.secara konvensional tidak ada cara yang efektif untuk menghilangkan virus dari bahan tanaman kultur in-vitro memakai bagian meristem yang disertai dengan perlakuan suhu dapat menghilangkan virus dari bahan tanaman. Penyediaan bibit yang seragam dan dalam jumlah besar serta dalam waktu singkat merupakan masalah dalam budidaya tanaman hias. Kultur in-vitro mawar akan sangat membantu dalam penyediaan bahan tanaman, terutama untuk mempercepat proses sejak pengenaalan suatu kultivar baru sampai pemasaran secara komersial.

Balai Penelitian Tanaman Hias sudah mengkoleksi mawar sebagai plasma nutfah. Plasma nutfah inilah yang digunakan sebagai sumber genetik rakitan dan pengembangan kultivar-kultivar baru melalui pemuliaan yang diorientasikan pada perluasaan keragaman dan perbaikan kualitas untuk memenuhi permintaan konsumen.

4.3. Penanaman

Bibit mawar dari polybag dipindahtanamkan secara lengkap bersama tanah dan akar-akarnya.Mawar potong dipindahkan dari polybag kelahan. Pada mawar potong, media dalam polybag yang berisi bibit mawar dibasahi, kemudian dibalik dan ditekan-tekan bagian dasarnya,agar bibit mawar bersama tanah dan akar-akarnya terlepas dari polybag. Bibit mawar ditanam kedalam lubang tanam yang telah disiapkan.bibit mawar diletakan di tengah-tengah lubang tanam kemudian diberi media sampai penuh sambil di padatkan pelan-pelan. Tanah di sekeliling perakaran tanaman mawar disiram hingga cukup basah.


4.4 PEMELIHARAAN

4.4.1 Pemupukan

Pemupukan diperlukan tanaman mawar disepanjang siklus pertum buhannya. Jumlah pupuk yang diberikan harus seimbang dengan kebutuhan tanaman. Pada saat menjelang fase pembungaan, tanaman mawar membutuhkan lebuih banyak pupuk pada fase tersebut, tanaman memanfaatkan cadangan makanan yang ada, kemudian dijadikan energi untuk melaksanakan proses pembungaan. Pupuk organik termasuk pupuk kandang dann kompos diberikan untuk memperbaiki struktur tanah, memacu pertumbuhan dan menunjang hara tanaman yang seimbang. Pupuk kandang yang dipakai berasal dari kotoran kuda yang telah melapukk, pupuk dasar yang digunakan adalah NPK. Pupuk daun yangb sering dipakai adalah Growmore dengan konsentrasi 1-2 gram/liter setiap 1 minggu sekali. Pengaplikasian pupuk daun ini dilakukan bersama dengan Fungisida berbahan aktif propineb, insektisida berbahan aktif profenofos dan adjuvant ( bahan tambahan ) yang berbahan aktif alkiraril poliglikoeter.

4.4.2 Penyiraman

Penyiraman pada tanaman mawar sangat diperlukan, tetapi tidak sampai tergenang. Sistem drainase yang baik sangat diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhannya. Di Balithi, penyiraman mawar menggunakan perlengkapan dan peralatan dengan teknik irigasi tetes atau lebih dikenal dengan sistem Drip. Drip irrigation diaplikasikan dengan frekuensi satu hari sekali selama 10-15 menit. Setiap minggu, pupuk NPK cair dengan dosis 2 gram / liter diberikan melalui sistem irigasi ini. Kelembaban disekitar lahan mawar harus tetap dipertahankan agar dapat tumbuh baik.


4.4.3 Pemangkasan

Pada mawar potong perlakuan pemangkasan tergantung pada sistem arsitektur yang digunakan. Sistem tersebut akan menentukan cara pemeliharaan, pemangkasan dan cara panen bunga. Pada pelaksanaan sistem arsitektur jepang, dilakukan perundukan tangkai atau batang, namun tidak menyebabkan tangkai tersebut patah ( Bending ). Tangkai yang mendapat perlakuan ini adalah tangkai atau tunas bunga pertama dan tangkai yang tidak produktif ( tangkai yang tidak menghasilkan bunga atau tangkai yang panjangnya kurang dari 40 cm ) ( Darliah,et al., 2004 ).

Bending dilakukan pertama kali setelah tunas primer dari batang atas telah tumbuh dengan tinggi tanaman sekitar 20-25 cm. Bending juga dapat dilakukan pada batang yang akan berbunga untuk pertama kali, dan saat direbahkan, kuncup bunga atau pucuk tanaman dihilangkan dengan cara dipetik. Perebahan dilakukan diatas 3 mata tunas terbawah pada batang tunas primer. Pada saat dilengkungkan, batang agak ditekan agar kemungkinan batang patah menjadi kecil.Pada hasil bendingan akan muncul tunas-tunas baru. Pada saat memasuki fase pembungaan, tangkai bunga yang bercabang dipetik dan disisakan satu tangkai bunga. Jika cabang tidak dibuang, maka knop bunga yang muncul berukuran kecil.

4.4.4. Pengendalian Hama dan Penyakit ( PHP )

1. Hama

a. Kutu daun ( aphid )

Beberapa spesies kutu daun sering dijumpai menyerang tanaman mawar. Nimfa dewasa tak bersayap berukuran panjang 2-5 mm, berwarna hijau dan biasanya berkoloni pada tangkai daun muda atau tangkai bunga.

Gejala serangan pada daun dan petal bunga berubah bentuk menjadi tidak normal.

Cara mengendalikannya dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida dengan bahan aktif imidakloprid, malathion, pirethtrin dan metidation atau menggunakan akarisida nabati 1-2 kali perminggu.

b. Tungau ( Tetranychus sp. )

Berwarna hijau atau merah dan biasa terdapat dibawah permukaan daun.

Gejala serangan adalah daun-daun yang terserang terlihat menguning sampai coklat keperakan.

Cara mengendalikannya dengan penyemprotan akarisida berbahan aktif abamektrin, dikofol, amitraz atau dengan mernggunakan akarisida nabati dengan perlakuan 1-2 kali perminggu.

c. Thrips ( Frankliniella tritici fitch )

Thrips umumnya menyerang bunga, tunas daun dan ranting. Serangga dewasa berukuran panjang kira-kira 1 mm. Hama ini mulai menyerang bunga pada stadia kuncup dan memakan bagian tepi petal bunga sehingga bagian tersebut menjadi berwarna coklat dan berubah bentuk ( distorsi ) pada saat bunga mekar.

Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida yang berbahan aktif diclorvos, karbaril, malathion, dimetoat dan asefat.

2. Penyakit

a. Embun tepung ( Oidium sp./ Powderry Mildew )

Gejala serangan daun atau tangkai tertutup lapisan putih seperti tepung, bentuk daun tidak normal, daun rontok.

Cara pengendaliannya dengan melakukan penyemprotan menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, tridimenol, triadimefon, miklobutanil dan fluzilazola.


b. Bercak hitam ( Diplocarpon Rosae Wolf / Black Spot )

Gejala serangan terdapat bercak hitam pada permukaan daun bagian atas, daun menguning dan rontok.

Cara pengendaliannya dengan melakukan penyemprotan menggunakan fungisida yang berbahan aktif heksakonazol, benomil, difenoconazol dan bitertanol.

4.4.5. Penyiangan

Penyiangan sebaiknya dilakukan secara teratur tergantung pada pertumbuhan gulma terutama pada musim hujan atau pada saat serangan gulma cukup berat. Penggunaan herbisida juga merupakan salah satu cara penanggulangan gulma terutama untuk pertanaman yang luas.

4.5 PANEN DAN PASCA PANEN

Panen dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah 1-2 helai petal mulai membuka, dengan pemotongan tepat di atas mata tunas ketiga dari pangkal tangkai. ( Darliah et al., 2004 ).

Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, juga panen tidak dianjurkan saat bunga dalam keadaan basah karena banga yang basah mudah terserang jamur. Frekuensi panen untuk mawar potong adalah 2 bulan sekali.

Tangakai bunga yang dipotong langsung dimasukkan kedalam air bersih. Penyerapan air yang dilakukan bunga potong berhubungan dengan proses metabolis tubuh yaitu transpirasi dan respirasi. Untuk mempertahankan kesegaran bunga, jumlah air yang dibutuhkan minimal setara dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk proses metabolisme. Penurunan mutu bunga selama masa penyimpanan dan peragaan dapat disebabakan oleh suhu tinggi dan infeksi mikroorganisme terutama bakteri dan jamur. Lama kesegaran berkorelasi positif dengan jumlah dan ketebalan petal. Untuk mempertahankan kualitas dan kesegaran bunga, mawar potong perlu mendapatkan penanganan pasca panen yang tepat yaitu menggunakan larutan pengawet kesegaran bunga. Bunga mawar dikemas dengan kemasan terbuka dan disimpan didalam ruang dingin ( cool storage ) dengan suhu 2-5OC. Agar bunga tahan lama dalam vas sebaiknya diberi laruatan pengawet : Gula 1-5 %, Perak nitrat 100 ml/l atau 2 ml/l, chlorox 5 % dan asam sitrat 300-500 mg/l supaya ph larutan 3-4 atau digunakan bahan pengawet yang sudah tersedia dipasaran.